bayyinaat

Published time: 10 ,February ,2017      16:16:24
Fitri.001324@gmail.com
Tulisan ini akan mengupas identitas seorang muslimah mengingat semakin pudarnya warna "muslimah” pada diri wanita – wanita Islam. Diharapakan tulisan ini bisa menjadi motivasi khususnya bagi penulis dan umumnya bagi setiap muslimah untuk terus memperkuat kepribadiannya dan menjaga dari pengaruh – pengaruh luar yang bisa merusakkan identitas dirinya.
Berita ID: 15

Mukaddimah

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, identitas artinya ciri – ciri atau keadaan khusus seseorang, jati diri.[1] Sedangkan menurut Stella Ting Toomey, identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Sedangkan Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam prilaku, keyakinan dan sikap.

Berdasarkan definisi di atas identitas atau jati diri seseorang dipengaruhi oleh barbagai faktor; keluarga, gender, budaya, agama, geografis, makanan, pendidikan dan lainnya. Di antara faktor – faktor tersebut pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam membentuk identitas atau jati diri seseorang.[2]

Identitas akan membedakan pribadi yang satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal. Cara makan, berpakaian, berbicara, menghadapi dan mensikapi suatu masalah dan lain sebagainya. Karena itu kita melihat perbedaan cara hidup antara bangsa barat dan bangsa timur. Begitu juga dengan negara – negara lainnya. Masing – masing mereka memiliki identitas nasional yang berbeda. Begitu juga dengan perbedaan yang kita lihat dalam ritual ibadah umat Islam dan Kristen. Perbedaan ibadah di antara keduanya bersumber dari identitas agama yang mereka miliki. Identitas ini di samping memberikan warna tersendiri bagi setiap kaum juga merupakan kebanggaan bagi kaum tersebut. Kewibawaan seseorang, suatu kaum atau sebuah bangsa bisa dilihat dari kekuatan jati dirinya dan karena itu pula ia akan dihargai dan dihormati. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki jati diri dan identitas yang kuat. Begitu juga dengan seorang muslimah, ia memiliki sebuah identitas yang harus dijaga sehingga dirinya bisa dihargai dan terhormat oleh orang lain. Dan untuk menjaga identitas ini seorang muslimah harus mengetahui terlebih dahulu apa identitas dirinya dan kemudian menyadari bahwa dia adalah seorang muslimah dan merasa bangga dengan identitas seorang muslimah yang membedakan antara dirinya dan wanita – wanita yang lain. Dengan ini ia bisa menjaga jati dirinya dan tidak akan mudah terpengaruh dengan identitas – identitas diluar dirinya.

Tulisan ini akan mengupas identitas seorang muslimah mengingat semakin pudarnya warna "muslimah” pada diri wanita – wanita Islam. Diharapakan tulisan ini bisa menjadi motivasi khususnya bagi penulis dan umumnya bagi setiap muslimah untuk terus memperkuat kepribadiannya dan menjaga dari pengaruh – pengaruh luar yang bisa merusakkan identitas dirinya.

Ideologi Muslimah

Sebagaimana kita mengetahui bahwa identitas akan membedakan sikap dan prilaku setiap orang. Jika kita perhatikan, perbedaan ini bersumber pada sebuah cara pandang dan ideologi yang diyakini seseorang.[3] Karena itu ideologi atau keyakinan sangat penting bagi seorang muslimah untuk membentuk kepribadiannya.

Seorang muslimah adalah wanita yang menyakini konsep tauhid; "Tidak ada tuhan selain Allah swt”.[4] Konsep tauhid ini mengajarkan kita tentang arti "ketaatan” karena kita menyakini bahwa tidak ada pencipta selain Allah swt[5], tidak ada yang layak disembah kecuali Allah swt[6] dan tidak ada yang patut ditaati kecuali Allah swt.[7] Dengan konsep ini juga kita belajar tentang arti "kebebasan”; tidak ada satu pun orang yang berhak memaksa diri kita dan kita pun tidak berhak memaksakan ssuatu kepada siapa pun karena yang memiliki otoritas mutlak di alam semesta ini hanyalah Allah swt.[8]

Dengan memegang konsep ini, seorang muslimah akan menyibukkan dirinya pada ketaatan kepada – Nya dan tidak pernah memaksakan pendapat dan kehendaknya kepada orang lain meskipun itu benar. Oleh karena itu sangat aneh jika ada di antara umat yang mengaku bertauhid dengan bangga menuliskan lafaz "La Ilaha Illallah” di kepala dan mengajungkan jari telunjuk tinggi – tinggi dengan berteriak "Allahu Akbar” setelah menyembelih orang lain yang tidak jarang adalah seorang muslim juga. Karena itu setiap umat Islam harus memahami dengan benar konsep tauhid yang merupakan asas agama yang paling penting dalam Islam.[9]

Dengan menyakini dan mengamalkan konsep tauhid, seorang muslimah akan memiliki identitas dan karakter yang kuat. Ia akan menjadi orang yang taat dalam agama, berakhlak dalam keluarga dan masyarakat. Tauhid akan membentuk dirinya menjadi pribadi yang sangat kuat. Karena orang yang bertauhid meyakini bahwa tidak ada kekuatan kecuali Diri – Nya dan di saat muwahid (orang yang bertauhid) bersandar kepada satu – satunya sumber kekuatan maka tidak akan ada yang mampu melemahkannya.

Karena itu, di saat seorang muslimah membawa konsep ini dalam kehidupan sosial, maka tidak akan ada rasa takut dan rendah diri untuk berbeda dengan yang lainnya. Dengan konsep ini ia bisa bergaul dengan semua orang tanpa menanggalkan identitas dirinya. Dia hadir bukan sebagai ancaman bagi yang lain karena identitas tauhid tidak mengizinkan dirinya berbuat demikian. Inilah identitas seorang muslimah yang membedakan dirinya dari wanita – wanita lainya.

Pakaian Muslimah

Bertolak dari konsep tauhid, maka setiap prilaku dan tindakan seorang muslimah tidak akan keluar dari lingkaran tauhid. Karena itu, cara pandang tauhid akan menjadikan segala aspek kehidupan muslimah berwarna tauhid. Makanan, pakaian dan cara hidupnya akan mengikuti cara pandang dan keyakinan yang ia miliki. Di saat Allah swt. memberikan konsep hijab sebagai pakaian seorang muslimah, maka dengan suka cita ia akan menyambut, menerima dan memakainya. Tidak ada rasa berat dan terpaksa karena hatinya penuh dengan "Ilah”[10], perhatiannya tertumpu pada – Nya dan setiap langkah memang hanya ia gerakkan untuk – Nya. Karena itu tidak ada istilah berat untuk menggapai apa yang ia impikan dan cita – citakan. Justru hal ini yang menjadi kekuatan baginya untuk menerjang segala rintangan dan ujian yang menghadang. Inilah indahnya konsep tauhid dalam Islam. Karena itu seorang muslimah mampu tegak menjadi bunga yang indah ditegah – tengah semak belukar. Ia mampu mengenakan hijab dan pakaian yang mencerminkan jati diri seorang muslimah di tengah – tengah masyarakat yang "minim” busana. Dan ia tidak merasa malu dengan perbedaan yang ada. Justru ia bangga karena telah membawa pesan Ilahi ditengah – tengah masyarakatnya. Inilah identitas muslimah yang kita harapkan dari setiap wanita Islam khususnya di negara kita tercinta.

Akhlak Muslimah

Akhlak seseorang bisa kita lihat saat ia berinteraksi dengan yang lainnya. Seorang muslimah memiliki beberapa status dalam kehidupan bermasyarakat. Muslimah di dalam komunitas keluarga bisa berstatus sebagai anak, istri atau ibu. Sedangkan di luar rumah ia merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Karena itu interaksi diantara sesama tidak akan bisa dihindari dalam kehidupan ini. Dalam setiap interaksi itu, seorang muslimah akan menjadikan "akhlak Ilahiyah” sebagai akhlaknya. Karena hal ini merupakan bagian dari program hidupnya. Seorang muslimah mengetahui bahwa ia diciptakan untuk menjadi "sempurna”.[11] Dan tidak ada satu pun kesempurnaan kecuali kembali pada – Nya. Dia – lah Allah swt, sumber segala kesempurnaan.[12] Karena itu setiap orang yang ingin menggapai kesempurnaan, ia harus mendekati sumber kesempurnaan tersebut. Setidaknya kita mengetahui kesempurnaan Allah swt melalui sifat – sifat – Nya. Dia adalah Al Rahman, Al Rahim, Al Razaq, Al Wahhab, Al Ghaffar,… dan seterusnya. Dia – lah pemilik "Asmaul Husna”; nama – nama yang indah.[13]

Seorang muslimah yang sedang berproses menyempurna, ia akan berusaha menghiasi dirinya dengan sifat – sifat Allah swt. Dan jika ia berhasil, maka sifat – sifat ini akan tercermin dalam ucapan, sikap dan tingkah laku sehari – hari dalam berinteraksi dengan sesama. Kita bisa melihat bagaimana akhlak Rasulallah saw yang merupakan manisfestasi sempurna dari Asma – Nya. Tentu sangat indah, jauh dari apa yang digambarkan oleh Barat dalam mencitrakan sosok Rasulallah saw melalui filmnya "Innocence of Muslim” yang banyak menuai kecaman dari umat Islam.

Untuk berakhlak dengan akhlak Ilahi, yang pertama kita harus mengetahui sifat – sifat indah – Nya. Melalui kajian "ma’rifatullah” kita mengetahui bahwa Dia adalah "Al Rahman” dan "Al Rahim”; Maha Pengasih dan Maha Penyayang, "Al ‘Afw”; Maha Pemaaf, "Al Ghaffar”; Maha Pengampun, dan sifat – sifat indah yang lain. Dan kemudian kita berusaha untuk menjadi sifat – sifat tersebut. Hal ini bukanlah perkara yang mustahil karena junjungan kita telah mencontohkannya. Jika kita mengetahui bahwa Allah swt Maha Penyayang, maka kita melihat kasih sayang itu pada prilaku Rasulallah saw. Dan jika kita mengetahui bahwa Allah swt adalah "Al Jawad”; Maha Dermawan, maka kita pun melihat kedermawanan itu pada diri Rasulallah swt. Inilah insan kamil[14] yang menjadi tauladan bagi kita.

Jadi langkah kedua untuk berakhlak dengan akhlak Ilahi adalah dengan mencontoh akhlak Rasulallah saw. Untuk hal ini kita harus menelusuri sirah Rasulallah saw, karena tanpa ilmu dan pengetahuan tentang beliau tidak mungkin kita bisa mencontohnya. Karena itulah beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.[15] Akhlak beliau adalah akhlak Ilahiyah yang mencerminkan sifat – sifat kesempurnaan – Nya. Inilah jalan dan gerak seorang muslimah yang menempatkan dirinya sebagai hamba dihadapan Tuhannya. Ia akan berusaha berakhlak sebagaimana akhlak Ilahiyah yang dicontohkan oleh Rasulallah saw.

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan kita adalah bahwa seorang muslimah memiliki identitas yang berbeda dengan wanita lainnya. Hal utama yang membedakannya adalah ideologi yang tumbuh dari cara pandang tauhid sebagai asas dasar gerak setiap orang yang meyakini ke – Esaan Allah swt. Jadi identitas wanita Islam adalah wanita muwahid yang membawa konsep tauhid ini dalam kehidupannya sehari – hari. Dan identitas ini akan melahirkan cara hidup dan akhlak Ilahiyah yang tercermin dalam ucapan, sikap dan perbuatan muslimah dalam berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupannya. Karena itu disamping ia menjadi seorang anak, istri, ibu dan masyarakat ia tetap sebagai hamba Allah swt. Hamba yang lahir dari konsep tauhid ini akan menjadi tolak ukur setiap ketaatan kepada makhluk.



[3] Syahid Murtadha Muthahhari, Mas’alah Shenakh, Hal 13.

[4] Q.s Al Baqarah: 255.

[5] Q.s Al An’am: 102.

[6] Q.s Al Fathehah: 5.

[7] Q.s Al Nisa’: 80.

[8] Q.s Al Baqarah: 256.

[9] Ja’far Subhani, Muhadhirat fi al Ilahiyat, Ali Rabbani Gulpaygani, Hal 46.

[10] Ilah adalah yang disembah (Allah swt); dalam hal ini menutup aurat bagi muslimah merupakan salah satu bentuk ketaatan dan pengabdian kedapa Allah swt selaku Dzat yang layak disembah.

[11] Q.s Al Dzariyat: 56.

[12] Q.s Fathir: 15.

[13] Q.s Al Hasyr: 24.

[14] Insan Kamil adalah manusia sempurna; yang memiliki segala sifat kesempurnaan Alllah swt.

[15] Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi Majlisi, Bihar al Anwar, Jild 11, Hal 21.

komentar Pemirsa
Nama:
Email:
* Pendapat: